Data dari BPS

10,25 Persen  Warga Karawang Hidup Miskin

Anak-anak di kampung nelayan Cilincing

KARAWANG-- (KIBLATRIAU.COM)--- Karawang yang dikenal sebagai salah satu daerah sentra produksi pangan yang mampu memenuhi kebutuhan beras bukan hanya tingkat provinsi bahkan tingkat nasional. Namun, kenyataan pahit yang terjadi justru masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk membeli beras, hal ini bertolak belakang dengan predikat yang disandang Kabupaten Karawang sebagai Lumbung Padi yang bergeser ke Industrialisasi serta kota penopang Ibu Kota. Kemiskinan itu bukan sekadar istilah umum yang berkembang di Karawang, kemiskinan relatif yang muncul dan juga dapat terlihat jelas khususnya pasca krisis ekonomi yang melanda negeri ini. Tingginya angka pengangguran akibat perusahaan yang menutup kegiatan usahanya dipercayai menjadi sumber utama persoalan kemiskinan itu.

Di sisi lain, kemiskinan absolut menjadi semakin bertambah, mereka yang tadinya mampu memenuhi kebutuhan dasar menjadi tidak mampu berbuat banyak selain menunggu bantuan dari pemerintah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang tahun 2017, sebanyak 236.840 jiwa atau 10,25 persen dari penduduk Karawang masuk kategori miskin. Jumlah ini tak kunjung menurun sejak lima tahun terakhir.

Pada tahun 2013 angka kemiskinan mencapai 238.573 atau 10,69%, tahun 2014 sebanyak 228.990 atau 10,15%, tahun 2015 sebanyak 235.030 atau 10,37%, tahun 2016 sebanyak 230.600 atau 10,07% dan tahun 2017 meningkat menjadi 236.480 atau 10,25%. Kasi pendataan BPS Karawang Budi menyebutkan, sampai tahun 2017 angka kemiskinan di Karawang mengalami peningkatan.

"Penduduk miskin ada sebesar 236.840 jiwa atau sebesar 10,25 persen dari total penduduk Karawang. Dalam data itu, ada juga namanya indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan jika semakin besar maka dia akan semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan," kata Budi, Rabu (28/11). Ditambahkan Budi, rata-rata warga miskin tersebut berprofesi sebagai buruh atau buruh lepas pertanian. Karena di sektor ini, upahnya masih di bawah standar. "Buruh bebas di pertanian sangat mengandalkan musim, ketika tidak musim maka dia harus mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan penghasilan," paparnya.

Saat ini, lanjut Budi, indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Karawang berada pada peringkat ke-15 dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Padahal, Kabupaten Karawang dikenal sebagai daerah yang potensial dari berbagai bidang.Menurut Budi, faktor yang menyebabkan rendahnya IPM Kabupaten Karawang adalah redahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya jenjang pendidikan masyaratnya. (Net/Hen).


Berita Lainnya...

Tulis Komentar